Dinas Peternakan Jatim Telah Distribusikan 40 Ribu Dosis Vaksin Antrhax

MERAHPUTIH I SURABAYA - Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jatim Indyah Aryani dan jajarannya mewaspadai kasus Antraks yang terjadi di Bantul, Yogyakarta agar tidak masuk ke Jawa Timur.

Kewaspadaan masuknya antraks yang menyerang hewan ternak ke Jatim tersebut, dijelaskan Indyah dengan menyalurkan vaksinasi dan memperketat lalu lintas pengiriman ternak terutama daerah yang berbatasan dengan Jawa Tengah sebagai upaya pengendalian penyakit menular.

“Interaksi lalu lintas ini ya orangnya, ya ternaknya. Ini kan cukup ramai lalu lintasnya dari Jawa Tengah, dari DIY ke Jawa Timur termasuk orang ini juga bisa membawa bakteri dari satu tempat ke tempat yang lain,” ucap Indyah setelah rakor percepatan pengendalian PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) di Jawa Timur. Kamis petang (24/8/2023).

Memperketat lalu lintas pengiriman ternak tersebut, karena Antraks yang ditimbulkan karena bakteri di hewan ternak dapat menular ke manusia sehingga diperlukan Early Warning System.

“Lalu KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) kepada peternak-peternak kita, termasuk sosialisasi lewat media untuk Early Warning System (sistem peringatan dini) terhadap PMS (Penyakit hewan menular strategis), yang bisa berdampak secara ekonomi global,” terangnya.

Selain sistem peringatan dini, Dinas Peternakan Jatim dan jajaran juga telah menyalurkan sekitar 40 ribu vaksin ke daerah yang berbatasan dengan Jateng.

“Wilayah rentan sudah kita vaksinasi, jumlahnya ada 40 ribuan pada daerah-daerah berbatasan yang lalu-lintas ternaknya padat,” terangnya.

Indyah menjelaskan, penyebaran Antrhax juga dipengaruhi faktor lain seperti perubahan iklim, kondisi global dan lalu lintas internasional.

Kemunculan Antrhax dipengaruhi oleh pergantian musim seperti kondisi tanah kering dan berdebu sehingga membuat virus muncul ke permukaan. Virus Antrhax tidak mudah mati bahkan bisa hidup di tanah sampai seratus tahun dan bisa muncul kembali.

"Ini memang rawan," katanya.

Karena itulah perlu pengendalian komprehensif. Antara lain dengan meningkatkan security, disinfektan, pengendalian mikroorganisme di kandang ternak serta tidak mengonsumsi ternak sakit agar tidak menular ke orang.

"Cuaca yang tidak menentu ini justru menjadi pengaruh yang paling dominan menurut kami. Termasuk pengaruh efek rumah kaca, udara panas dingin pancaroba ini yang juga menjadi pengaruh tumbuh kembangnya bakteri dan virus timbul. Merupakan saat yang nyaman bagi pertumbuhan bakteri. Saat suhu, iklim dan kondisi ternak memungkinkan, bakteri ini akan muncul untuk menyerang," katanya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Veteriner Farma (Pusvetma), Edy Budi Susila, menyampaikan, vaksin yang digunakan untuk mencegah Antraks seluruhnya dibuat oleh Pusvetma.

"Kita punya kapasitas produksi vaksin yang cukup untuk mengendalikan Antraks di Indonesia. Karena kasus Antraks ini sifatnya sporadis, masih bisa kita kendalikan," tuturnya.

Edy menambahkan, bakteri penyebab Antraks dapat lebih mudah menyebar pada pergantian musim hujan ke kemarau seperti saat ini.(red)

harianmerahputih.id tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Back to Top