Khofifah Indar Parawansa Berikan Pengarahan di Silaturahmi Akbar Sarjana dan Magister Lulusan PTKI/Mahad Aly

MERAHPUTIH I SURABAYA - Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024 yang juga Ketua Umum PP Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa, menghadiri dan memberikan pengarahan dalam acara Silaturahmi Akbar Sarjana dan Magister Lulusan PTKI/Ma’had Aly penerima beasiswa Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2019-2022. Acara ini digelar di Islamic Center Kota Surabaya, Sabtu, 20 Juli 2024, dan dihadiri oleh 2.000 orang.

Dalam kesempatan tersebut, Khofifah menekankan pentingnya peningkatan kualitas sumber daya pesantren dan pendidikan diniyah di Jawa Timur. Menurutnya, semua penerima beasiswa Pemprov Jatim adalah calon pemimpin dan harus menjadi pembelajar sejati. 

“Menjadi pemimpin adalah menjadi pembelajar sejati. Harus terus menaikkan kapabilitas dan terus meningkatkan kompetensi. Karena semakin tinggi posisi seorang pemimpin dimanapun berada maka semakin besar pula tanggung jawabnya,” tegas Khofifah.

Ia juga memaparkan data Global Competitiveness Index 2023, di mana Indonesia berada di urutan ke-34, masih di bawah Singapura di urutan ke-4 dan Malaysia di urutan ke-27. Begitu juga berdasarkan data Global Innovation Index 2023, Indonesia berada di urutan ke-61, sedangkan Malaysia di urutan ke-36 dan Singapura di urutan ke-5.

Dengan kondisi ini, Khofifah menegaskan bahwa SDM di Indonesia harus mengejar ketertinggalan dengan meningkatkan kualitas SDM, salah satunya melalui program beasiswa jenjang sarjana dan magister bagi lulusan pesantren yang disediakan oleh Pemprov Jawa Timur bersama LPPD.

“Pendidikan menjadi sistem rekayasa sosial terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan, mengangkat harkat dan martabat serta kemajuan bangsa. Maka harapan besar kami semua sejatinya ada di pundak panjenengan semua,” kata Khofifah.

Khofifah, yang juga mantan Menteri Sosial dan Menteri Pemberdayaan Perempuan, menyebutkan bahwa kebijakan afirmatif adalah cara untuk mewujudkan kesetaraan akses, khususnya untuk memberikan hak yang sama kepada mereka yang tidak dapat menjangkau pendidikan tinggi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas, kapasitas, dan kompetensi.

“Selain itu juga meningkatkan mobilitas sosial, mengangkat harkat martabat dan status sosial, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat demi memutus mata rantai kemiskinan,” tambahnya.

Khofifah juga menekankan pentingnya kebijakan afirmatif berbasis equitas (equity), bukan sekadar kesetaraan (equality). Menurutnya, equitas memberikan bantuan sesuai dengan keadaan setiap orang, untuk mencapai hasil yang setara.

Lebih lanjut, Khofifah menegaskan bahwa generasi saat ini harus disiapkan untuk menyambut Indonesia Emas 2045. Menuju Indonesia Emas, dibutuhkan generasi dengan nasionalisme kuat, personal quotient tinggi, dan penguasaan Digital Quotient yang meliputi digital citizenship, digital creativity, dan digital entrepreneurship.

“Maka menyambut masa depan Indonesia Emas 2045 tersebut, pendidikan pesantren adalah faktor kunci agar populasi usia produktif menjadi bonus demografi. Kalau tidak dioptimalkan maka justru akan menjadi bencana demografi,” tegasnya.

Pada seluruh peserta yang hadir, Khofifah menyampaikan bahwa dengan semakin kompleks tantangan masa depan, ilmu dan sosial, menjadi pembelajar sejati adalah sebuah keniscayaan.

“Siklus 3E menjadi kunci pembelajar sejati. Yaitu tak lelah melakukan eksperimen, terus berlatih diri untuk mendapatkan pengalaman dan juga berlatih menjadi expert atau ahli. Seorang expert selalu adaptif pada perubahan, siap berkompetisi dan tak segan bersinergi,” pungkas Khofifah.

Turut hadir dalam acara ini, Asisten Administrasi Umum Setdaprov Jatim Dr. Ahmad Jazuli M.Si., Ketua LPPD Provinsi Jawa Timur Prof. Dr. Abdul Halim Soebahar, Plt. Kakanwil Kemenag Jawa Timur Mufi Imron Rosyadi, serta para Rektor dan Ketua Perguruan Tinggi Keagamaan Islam se Jawa Timur. (red) 

harianmerahputih.id tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Back to Top