Kemenkes Laporkan Lonjakan Kasus Mpox di Indonesia, Dosen UNAIR Tekankan Pentingnya Langkah Pencegahan

MERAHPUTIH I SURABAYA - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melaporkan adanya lonjakan kasus konfirmasi Monkeypox (Mpox) di Indonesia. Hingga pertengahan Agustus 2024, tercatat sebanyak 88 kasus konfirmasi Mpox di berbagai wilayah. Menanggapi situasi ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan status Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) untuk wabah Mpox.

Dr. Kurnia Dwi Artanti, dr MSc, Dosen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR), memberikan tanggapan mengenai perkembangan wabah tersebut. Dalam keterangannya, Dr. Kurnia menjelaskan bahwa status PHEIC penting untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Mpox.

“PHEIC adalah status yang menunjukkan tingkat keparahan situasi global. WHO menetapkan status ini karena persebaran penyakit yang semakin meluas. Kriteria yang dipertimbangkan mencakup penilaian risiko global yang jika tidak segera diantisipasi, dapat menyebabkan penyebaran yang lebih luas. Selain itu, respons dan dukungan dari negara-negara anggota WHO juga merupakan faktor penting dalam mengendalikan penyebaran penyakit ini,” ujar Dr. Kurnia.

Dr. Kurnia menjelaskan bahwa risiko penyebaran Mpox di Indonesia dapat meningkat karena virus yang terdeteksi termasuk dalam Varian IIb. Varian ini dapat menyebar antar manusia melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau lesi.

“Virus varian tersebut dapat menyebar melalui kontak langsung cairan tubuh atau lesi. Gejala Mpox mirip dengan cacar biasa, meliputi demam tinggi, ruam kulit yang khas, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Ruam biasanya dimulai di wajah dan menyebar ke seluruh tubuh. Meskipun demikian, perlu pemeriksaan spesifik untuk memastikan infeksi Mpox karena virus ini bersifat self-limited dan dapat sembuh dengan sendirinya jika sistem imun tubuh baik,” jelas Dr. Kurnia.

Untuk menghadapi wabah ini, Dr. Kurnia menyarankan beberapa strategi pencegahan. Upaya tersebut meliputi peningkatan kesadaran masyarakat, isolasi bagi individu yang terinfeksi, serta penerapan kebiasaan higiene yang baik.

“Mencegah penularan Mpox sangat bergantung pada kebersihan diri. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah beraktivitas di tempat umum serta penggunaan masker dapat menjadi langkah efektif. Selain itu, WHO dan CDC merekomendasikan pemberian vaksin yang diprioritaskan bagi petugas laboratorium, tenaga kesehatan di rumah sakit rujukan, dan populasi berisiko,” pungkas Dr. Kurnia. (red)

 

harianmerahputih.id tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Back to Top