Surabaya Intensifkan Upaya Cegah Stunting Lewat Pendampingan Keluarga Berisiko
MERAHPUTIH I SURABAYA - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya tak henti-hentinya memperkuat program pendampingan bagi keluarga berisiko stunting. Fokus utama pendampingan ini diarahkan kepada calon pengantin (Catin), pasangan usia subur (PUS), dan keluarga yang terindikasi berisiko stunting melalui pengawasan yang intensif.
Pendampingan tersebut dilakukan oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK) Surabaya dengan memanfaatkan Aplikasi Sayang Warga (ASW), yang memungkinkan pencatatan dan pelaporan secara digital dan real-time. Menurut Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Surabaya, Ida Widayati, program ini bertujuan untuk mengurangi risiko stunting sejak tahap perencanaan keluarga hingga anak mencapai usia balita.
"Tujuannya adalah memastikan reproduksi sehat serta mencegah lahirnya bayi dengan potensi stunting. Pendampingan ini juga memantau perkembangan tumbuh kembang anak sesuai usia," ujar Ida Widayati, pada Selasa (15/10/2024).
Data hasil pendampingan dari ASW pada September 2024 menunjukkan bahwa TPK Surabaya mendampingi 3.255 calon pengantin, 317.614 pasangan usia subur, 901 ibu hamil dengan kondisi kekurangan energi kronis (Bumil KEK), serta 13.192 ibu hamil sehat. Selain itu, ada 1.719 ibu nifas dan 144.897 balita yang dipantau secara berkala.
Pendampingan khusus bagi balita pra-stunting dilakukan kepada 303 anak, sedangkan untuk balita yang sudah teridentifikasi stunting, pendampingan melibatkan 203 anak. Ida menekankan bahwa pendampingan tidak hanya sebatas pada balita, namun menyasar seluruh siklus hidup keluarga, mulai dari masa pranikah hingga usia sekolah.
"Pendampingan ini mencakup perencanaan pernikahan, kehamilan, masa nifas, hingga usia anak mencapai sekolah menengah pertama. Kami ingin memastikan setiap anak tumbuh dengan sehat, baik fisik maupun mental, guna menyongsong generasi emas 2045," jelas Ida.
Hasil evaluasi menunjukkan keberhasilan TPK dalam melakukan pendampingan komprehensif terhadap seluruh calon pengantin, ibu hamil, ibu nifas, serta balita yang berisiko stunting. Selain itu, pendampingan juga menjangkau pasangan usia subur yang berjumlah lebih dari 300 ribu orang.
Pendampingan yang dilakukan TPK Surabaya tidak berdiri sendiri. Koordinasi aktif dilakukan dengan berbagai pihak, termasuk Puskesmas, TP PKK, hingga kecamatan dan kelurahan. Pelaporan berkala juga terus dilakukan melalui aplikasi ASW, yang memungkinkan pemantauan kondisi keluarga secara lebih efektif.
"Evaluasi dilakukan secara rutin, baik harian, mingguan, maupun bulanan oleh tim kami. Semua laporan ini kemudian diserahkan kepada Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Surabaya untuk memastikan tidak ada keluarga yang terlewat dalam pendampingan," pungkas Ida.
Dengan terus memperkuat koordinasi dan sistem pelaporan, Pemkot Surabaya optimistis bisa menurunkan angka stunting dan menciptakan generasi yang sehat menuju masa depan yang lebih baik. (red)
harianmerahputih.id tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE