Pemkot Surabaya Intensifkan Upaya Pencegahan Gagal Ginjal Kronis pada Anak
MERAHPUTIH I SURABAYA - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) gencar melakukan berbagai upaya untuk mencegah terjadinya kasus Gagal Ginjal Kronis (GGK) pada anak. Salah satu langkah yang diambil adalah mengedukasi orang tua untuk lebih waspada terhadap risiko gagal ginjal pada anak, serta melibatkan Kader Surabaya Hebat (KSH) dalam memantau keluarga yang memiliki risiko tinggi.
Kepala Dinkes Kota Surabaya, Nanik Sukristina, menyatakan bahwa pihaknya terus melakukan penyelidikan epidemiologi setiap kali ada laporan kasus gagal ginjal yang berasal dari masyarakat maupun Fasilitas Layanan Kesehatan (Fasyankes). “Kami juga meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit gagal ginjal pada anak melalui pengamatan dan deteksi dini dalam kegiatan Bindu PTM di masyarakat, sekolah, Poskestren, serta dalam kegiatan Bindu Jirona (Jiwa, Rokok dan NAPZA),” ujar Nanik Selasa (13/8).
Nanik menjelaskan, pemantauan kondisi masyarakat Surabaya juga melibatkan KSH, sehingga upaya ini dapat menjangkau semua kalangan, termasuk mereka yang berisiko tinggi. "Pemantauan kondisi pasien dan keluarga yang berisiko dibantu oleh KSH setempat," tambahnya.
Nanik juga mengingatkan masyarakat untuk mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter dan menghindari penggunaan obat nyeri berlebihan tanpa pengawasan medis. Selain itu, ia meminta masyarakat segera merujuk ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FLTL) atau Rumah Sakit (RS) jika ditemukan beberapa gejala yang mencurigakan.
“Gejalanya seperti demam, infeksi saluran pernapasan akut (batuk dan pilek), atau gejala infeksi saluran cerna (diare dan muntah), produksi urine yang berkurang atau tidak ada urine selama 6-8 jam di siang hari, serta perubahan warna urine menjadi pekat atau kecoklatan,” jelasnya.
Sejauh ini, Nanik mengungkapkan bahwa kasus GGK pada anak di Surabaya hanya dialami oleh satu orang dan sudah menjalani perawatan hemodialisa. Secara keseluruhan, kasus GGK di Surabaya masih didominasi oleh usia dewasa. "Berdasarkan data diagnosis ICD X di Faskes Kota Surabaya hingga Juni 2024, terdapat 308 kasus GGK. Namun, pada kelompok usia remaja di bawah 17 tahun, hanya ada satu kasus yang telah menjalani perawatan hemodialisa," ungkapnya.
Nanik juga menyebut bahwa penanganan GGK pada anak di Kota Surabaya mengacu pada tatalaksana sesuai indikasi dan dilakukan rujukan ke FKRTL sesuai ketentuan, seperti di RSUD Dr. Soetomo, RSUD Dr. Moh. Soewandhie, dan RS Al-Irsyad.
Penyakit GGK, menurut Nanik, disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk riwayat penyakit ginjal dalam keluarga atau kelainan ginjal bawaan sejak lahir, infeksi pada ginjal, sindrom nefrotik (adanya protein dalam urin), serta kekurangan cairan akibat dehidrasi berat.
"Anak-anak yang mengalami obesitas, hipertensi, dan diabetes melitus, ditambah dengan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat, sering mengonsumsi minuman manis kemasan, makanan cepat saji, dan makanan berkalori tinggi dalam jangka waktu panjang yang tidak terkontrol, juga bisa meningkatkan risiko mengalami GGK," pungkasnya. (red)
harianmerahputih.id tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE